Rabu, 17 Juli 2019

Horror Story #7: 60 Second To Choose

Horror Story #7
"60 Second To Choose"
"60 Detik Untuk Memilih"

Aku sedang menonton televisi ketika mendengar suara dentang kotak surat. Aku mengerutkan  dahi ketika aku melihat betapa terlambatnya... terlalu terlambat untuk menerima surat. Aku mengerutkan dahi lagi ketika aku mendekati pintu depan dan melihat tumpukan surat tergeletak di tikar 'selamat datang'.

Aku mengambil semuanya dan langsung menyadari bahwa itu bukanlah surat, itu adalah foto. Ada enam foto sekaligus dan semua adalah foto kamar yang sama. Foto-foto itu seperti sebuah kamar yang familiar bagiku. Kemudian, aku menyadari sesuatu. Itu adalah KAMAR MANDIKU.

Aku pun dengan cepat mengambil kunci dan membuka pintu depan untuk melihat siapa yang meletakkan foto-foto itu. Aku melihat ke atas, bawah, kanan, dan  kiri jalan. Namun tidak ada siapapun.

Jalanan sepi dan sepi seperti biasanya, hanya beberapa dedaunan yang tertiup angin dingin. Saya menutup pintu dan membolak-balik foto-foto itu kembali. Ketika pertama kali melihat, foto-foto itu semua tampak seperti gambar yang sama. Sebuah bak mandi dengan beberapa sampo dan produk lain yang tersebar di tepinya dan semuanya diambil dari perspektif yang sama. 

Aku hampir ingin merobeknya hingga aku melihat tanda merah kecil di sisi bak mandi di salah satu dari foto-foto itu. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari bahwa tanda merah itu adalah darah.

Saya membalik ke foto berikutnya dan melihat tanda merah lagi, tapi kali ini, di tempat yang berbeda. Aku membuka foto berikutnya dan berikutnya lagi. Setiap kali membuka, tanda darah itu berada di tempat yang berbeda.

Aku mengerutkan dahi kebingungan.

Foto-foto itu menarik perhatianku, tetapi tiba-tiba, aku sangat ingin ke kamar mandi. Kemudian, aku mendengar gagang pintu tertekan. Mataku terbuka dan suara angin musim dingin semakin keras, membenarkan kecurigaanku yang berdebar kencang.

Aku lupa mengunci pintu.

Angin pun berhenti, ketika aku mendengar pintu itu menutup lagi.

Aku duduk di toilet sambil menahan napas, tubuhku membeku karena ketakutan. Kemudian aku mendengar derit lantai di tangga kedua. Derit yang sudah kudengar berkali-kali sebelumnya.

Pintu kamar mandi sedikit terbuka dan aku sangat ingin meraih dan menutupnya, tetapi rasa takut ku terlalu besar. Aku tetap membeku, berdoa bahwa ini tidak nyata, bahwa ini semua hanya mimpi buruk yang mengerikan. Kemudian, pintu kamar mandi perlahan-lahan ditutup.

Aku duduk di toilet dengan kaki gemetar, jantungku berdebar, dan paru-paruku dengan cepat menghirup keluar-masuk udara. Aku bisa melihat bayangan mereka bergerak melalui celah di bagian bawah pintu.

Knock... Knock... Knock...

Aku berhenti bernapas sekali lagi.

Knock... Knock... Knock...

Selembar kertas terlipat kemudian meluncur di bawah pintu, meluncur melintasi ubin lantai ke arahku. Di dalam, ada pisau cukur berkarat. Di atas kertas tertulis:

"Itu pilihanmu, bagaimana ini akan berakhir... kamu punya waktu 60 detik."

Aku kembali melihat foto-foto yang masih ada di tanganku. Pada masing-masing dan setiap gambar, di sisi masing-masing bak mandi, ada pisau cukur berkarat.

Knock... Knock... Knock...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar