Jumat, 09 Agustus 2019

Beginilah Rasanya Saat Tubuh Terbakar Hidup-hidup

Aksi main hakim sendiri berujung pembakaran pria yang diduga pencuri amplifier di Kampung Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi pada Selasa petang, 2017 lalu menyisakan kisah sedih. 

Pelaku berinisial MA itu tewas setelah dihakimi dan dibakar hidup-hidup massa karena dituduh mencuri amplifier di mushola setempat. MA langsung tewas di tempat karena menderita luka bakar hingga 80 persen di sekujur tubuhnya.

Kasus manusia dibakar hidup-hidup ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa negara seperti Tibet, Maroko, Tunisia, dan Rusia pernah terjadi manusia yang membakar dirinya hidup-hidup. 

Yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang terjadi pada tubuh manusia jika terbakar? Bagaimana peluang hidup orang ketika tubuhnya terbakar hidup-hidup?

Nicole Bernal, seorang Direktur UC Irvine Regional Burn Center di Southern California, menjawab berbagai pertanyaan itu. "Seperti yang dibayangkan, terbakar hidup-hidup adalah proses yang sangat menyakitkan. Kulit Anda akan benar-benar terbakar," kata Nicole.

1. Reaksi Tubuh Terhadap Rasa Panas

Begitu terbakar, tubuh mulai memberikan reaksi atau mengalami kejutan terhadap rasa panas yang amat sangat. Ketika api membesar, kata Nicole, bukan hanya kulit dan daging saja yang terbakar, tapi juga sistem saraf. Maka secara alami orang tersebut akan mati rasa karena sarafnya sudah hancur. 

Namun, meski bisa selamat dari kebakaran, maka proses pemulihannya tetap terasa sangat menyakitkan. Ini karena korban harus menjalani cangkok kulit dan beberapa kali operasi. Saat terbakar sangat parah, akan terjadi respons peradangan yang sangat besar. Tubuh akan mendorong semua darah dan cairan ke area yang terbakar itu. 

Namun, karena biasanya tertahan oleh kulit, maka cairan akan bocor ke mana-mana. " Jika tak segera dibawa ke rumah sakit, Anda akan mati karena kehilangan banyak cairan di dalam pembuluh darah," kata Nicole. 

Untuk orang dewasa, tubuh akan mulai kehilangan cairan begitu luka bakar mencapai lebih dari 25%. Kehilangan cairan mulai terjadi pada anak-anak jika luka bakar mencapai 10%. "Yang paling sensitif terhadap hilangnya cairan ini adalah anak-anak dan orang dewasa berusia di atas 60 tahun," kata Nicole.

2. Peluang Hidup Berbeda-beda

Usia optimal di mana korban kemungkinan bisa selamat jika mereka berusia antara 20 sampai 50 tahun. Namun jika mereka memiliki masalah medis seperti jantung, diabetes, dan sebangsanya, maka tubuh tidak akan siap dan kemungkinan selamat menjadi tipis. 

Peluang hidup pada orang yang terbakar hidup-hidup berbeda-beda, tergantung luas dan derajat luka bakar yang dialaminya. Korban yang luas luka bakarnya mencapai 50 persen, mungkin butuh dirawat di rumah sakit selama 3 bulan dan menjalani 10-15 kali operasi. 

Pada operasi pertama, dokter harus mengangkat semua bagian tubuh yang terbakar. Setelah itu selama dua sampai tiga minggu pertama korban ditaruh di ventilator. "Kulit yang terbakar itu menyebabkan infeksi. Bila dalam waktu 5 hari dokter dapat memotong semua jaringan yang terbakar, kelangsungan hidup korban bisa meningkat," kata Nicole.

Setelah itu, dokter akan menutup luka bakar agar tidak terjadi terinfeksi. Biasanya, dokter mengguna-kan kulit mayat untuk menutup luka bakar korban. "Proses tersebut akan terus berlanjut sampai dokter dapat mengambil dari kulit korban sendiri dan melakukan cangkok kulit," kata Nicole.

3. Kerja Ginjal dan Jantung Berhenti

Dokter membutuhkan bagian luar kulit yang tidak terbakar untuk membuat cangkok kulit. Jika luka bakar lebih dari 80%, dokter biasanya melakukan biopsi untuk menumbuhkan kulit baru. 

Dalam 10 tahun terakhir, lebih banyak korban kebakaran bisa bertahan hidup karena tindakan cepat dokter dalam melakukan pengangkatan kulit yang terbakar. "Eksisi awal itu dalam minggu pertama itu bisa menghentikan kehilangan cairan dalam tubuh," kata Nicole.

Namun semua itu tergantung pada luas dan derajat luka bakar yang dialaminya. "Jika luka bakar kurang dari 80 persen dengan usia korban di bawah 40 tahun, masih ada peluang hidup hingga 50 persen. Namun, bila luka bakar lebih dari 80 persen atau usia korban di atas 40 tahun, maka potensi untuk hidup hanya 20 persen," jelas Nicole.

Meski demikian, potensi hidup korban juga tergantung dari seberapa cepat dia mendapatkan penanganan medis. Jika korban yang dibakar hidup-hidup tidak mendapatkan keduanya, kerja ginjal bisa berhenti, begitu pula dengan jantung. 

Nicole menjelaskan jika pelaku bakar diri menyiram bensin atau pemercepat panas lainnya sebelum menjalankan aksinya, maka itu akan memengaruhi luka bakar mereka secara signifikan.

"Saat api membakar pakaian, maka panas yang tercipta meningkat drastis. Hal ini akan menyebabkan luka bakar yang lebih dalam. Jika bisa selamat, orang ini perlu melakukan amputasi ekstrem pada tangan atau kaki," kata Nicole.

Source: dream.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar